ANALISIS RENCANA BISNIS INDUSTRI COKELAT DI MANOKWARI SELATAN
RINGKASAN EKSEKUTIF (Executive Summary)
Penelitian ini bertujuan menyusun rencana bisnis industri pengolahan kakao di Manokwari Selatan, yang meliputi: pendirian industri coklat yang memproduksi jadi: coklat batangan (chocolate bar), yang meliputi: rencana aspek teknis dan teknologi, rencana keuangan, rencana pasar dan pemasaran, serta rencana manajemen dan organisasi yang akan digunakan sebagai dasar evaluasi oleh Pemerintah Daerah, dan terutama investor terkait kelayakan pendirian indutsri cokelat batangan.
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu efektif dua bulan (Awal Oktober-Awal Desember 2020). Akibat waktu penelitian yang terbatas, maka analsis lokasi proyek, disain pabrik, dan tata letak pabrik, serta aspek lingkungan belum dianalisis dalam penelitian ini. Lokasi yang menjadi focus utama penelitian ini adalah Koperasi Ebier Suth Cokran yang sejak tahun 2017 sudah aktif memproduksi dan memasarkan biji kakao premium ke Pasar Eropa dari kebun kakao tua seluas 140 Ha, dan juga telah memualai usaha produksi cokelat batangan melalui bantuan peralatan dari pihak Bank Indonesia sejak Juli tahun 2020. Penelitian dilakukan melalui pendekatan deks study dan survey lapangan. Jenis data yang dianalisis mencakup: data pada aspek keuangan, pasar dan pemasaran, teknik dan teknologi, serta manajemen dan organisasi. Metode perhitungan kriteria investasi (NPV, IRR, Net B/C, PBP, dan BEP) digunakan untuk menganalisis kelayakan investasi. Analisis SWOT diaplikasikan untuk mengukur factor kekuatan, kelemahan, dan peluang pengembangan usaha.
Berdasarkan evaluasi faktor internal (Internal Factor Evaluation, IFE), kekuatan internal pengolahan coklat batangan oleh Koperasi Ebier Suth Cokran adalah: (i) adanya struktur organisasi yang jelas, (ii) pembagian kerja yang jelas, standar operasional produksi, (iii) dokumen perencanaan pengembangan, (iv) adanya rencana peningkatan kapasitas SDM (capacity building), (v) memiliki pelanggan tetap, (vi) harga produk sesuai dengan segmentasi pasar, (vii) kualitas produk bagus, memiliki keunggulan produk/ keunikan cita rasa (aromatic profile), (viii) memiliki pasar potensial, (ix) memiliki cash flow keuangan yang baik dan (x) melakukan pencatatan keuangan yang baik merupakan kekuatan utama Koperasi dengan skor 0,22. Sebaliknya kelemahan terbesar Koperasi Ebier Suth Cokran saat ini berdasarkan hasil matriks IFE adalah: (i) faktor label kehalalan pangan dari MUI yang belum tersedia, (ii) belum ada ijin dari BPOM, (iii) kapasitas produksi masih terbatas, (iv) teknologi yang digunakan masih sangat sederhana, (v) sulit mendapat suku cadang, dan (vi) kapasitas mesin/peralatan produksi masih rendah dengan skor 0,12.
Berdasarkan evaluasi faktor eksternal (External Factor Evaluation, EFE), Koperasi Ebier Suth Cokran memiliki posisi eksternal yang kuat, yakni: (i) adanya permintaan yang tinggi terhadap produk kakao olahan, (ii) permintaan akan produk kakao dengan cita rasa speciality yang terus meningkat, (iii) produk coklat batangan speciality dari Pipiltin menggunakan bahan baku biji coklat grade A dari Ebier Suth Cokran, (iv) dukungan yang kuat dari pemilik ulayat lahan usaha, dukungan dan komitmen yang kuat dari sebagian karyawan eks PT. Cokran untuk mengembangkan usaha Koperasi Ebier Suth Cokran, (v) belum ada pasokan produk coklat speciality dari luar Papua Barat, (vi) belum ada pasokan bahan baku biji kakao fermentasi dari luar Papua Barat, (vii) adanya kebijakan Pemda Papua Barat untuk mengembangkan industri pengolahan coklat, dan (viii) adanya dukungan pembiayaan pengembangan dari Pemda Kabupaten Mansel merupakan peluang yang besar bagi Koperasi untuk menjalankan usahanya, dengan skor 0,32. Sedangkan ancaman terbesar Koperasi Ebier Suth Cokran saat ini berdasarkan hasil matriks IFE adalah: (i) faktor kompetitor menggunakan teknologi yang lebih maju, (ii) tuntutan/klaim ganti rugi dari masyarakat adat terhadap penggunaan lahan produksi, (iii) tuntutan keharusan mengakomodasi eks pekerja PT Cokran dan tenaga kerja lokal oleh beberapa kelompok masyarakat lokal dan (iv) penyerobatan lahan produksi oleh beberapa orang yang merasa punya hak, terutama untuk pembangunan perumahan, dengan skor 0,19.
Posisi saat ini dari Koperasi Ebier Suth Cokran berdasarkan perhitungan Matriks IFE dan Matriks EFE, diketahui nilai X adalah 2,65 dan nilai Y adalah 2,53, yakni berada pada kuadran I matriks SWOT, yaitu memiliki factor kekuatan dan peluang yang relative seimbang, dimana posisi ini merupakan situasi yang paling menguntungkan. Koperasi memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Beberapa startegi yang dapat ditempuh Koperasi Ebier Suth Cokran diantaranya: (i) factor peluang permintaan yang tinggi terhadap produk kakao olahan, dapat dimaksimalkan melalui strategi memperkuat faktor peluang (strength opportunity, SO), yakni meningkatkan kualitas manajemen Koperasi Ebier Suth Cokran dan mengurangi faktor kelemahan (weakness opportunity, WO), yakni dengan menjamin dan menjaga kualitas produk bagi pelanggan; (ii) factor peluang permintaan akan produk kakao dengan cita rasa speciality yang terus meningkat, dapat dimaksimalkan melalui strategi memperkuat faktor peluang (strength opportunity, SO), yakni meningkatkan penjualan dengan memanfaatkan peluang pasar dan mengurangi faktor kelemahan (weakness opportunity, WO), dengan meningkatkan promosi produk lewat iklan, mengikuti event-event serta membuka galeri atau tempat penjualan. (iii) faktor peluang produk coklat batangan speciality dari Pipiltin menggunakan bahan baku biji coklat grade A dari Koperasi Ebier Suth Cokran, dapat dimaksimalkan melalui strategi memperkaut faktor peluang (strength opportunity, SO), yakni mengembangkan varian produk coklat dengan memanfaatkan dukungan yang ada dan mengurangi faktor kelemahan (weakness opportunity, WO), dengan cara meningkatkan produksi dengan memanfaatkan fasilitas pendukung. Sedangkan adanya factor ancaman fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar, dapat diupayakan melalui stretegi (strength threat, ST), yakni pengembangan skala usaha dan meningkatkan kualitas SDM, dan strategi mengurangi faktor ancaman (weakness, WT), yaitu dengan menetapkan biaya produksi yang efisien.
Produk olahan atau produk turunan yang diproduksi oleh Koperasi Ebier Suth Cokran Ransiki adalah cokelat batangan (milk chocolate). Produk cokelat batangan (milk chocolate) adalah produk makanan cokelat dengan beragam bentuk, unik, dan menarik. Produk ini terbuat dari cokelat asli yaitu cocoa liquor dan lemak cokelat, dengan penambahan bahan-bahan pendukung, seperti gula pasir dan susu sapi. Cokelat batangan ini mempunyai rasa yang manis, beraroma cokelat yang khas dan memikat, serta tekstur yang lembut dan mudah meleleh pada saat dimakan.
Potensi pasar cokelat batangan secara nasional mencapai sebesar ± Rp. 524 milyar/tahun, yaitu dengan tingkat konsumsi coklat 0,5 kg/kapita/tahun, konsumsi cokelat batangan adalah sekitar 10% dari produk olahan kakao dan harga produk rata-rata cokelat batangan yang ada di pasaran sebesar Rp. 40.000,-/kg. Pasar potensial cokelat batangan untuk Papua dan Papua Barat adalah sebesar ± Rp. 8,4 milyar/tahun. Cokelat batangan dari Koperasi Ebier Suth Cokran dapat memanfaatkan potensi pasar Papua Barat dan Papua.
Pesaing cokelat Koperasi Ebier Suth Cokran, dari sisi harga adalah cokelat batangan Silver Queen yang selama ini mendominasi pasar konsumen kalangan menengah. Sedangkan apabila dilihat dari segi bahan baku yang digunakan berupa pasta cokelat dan lemak cokelat, maka pesaing cokelat batangan Koperasi Ebier Suth Cokran adalah Cokelat impor: Van Houten, Cadbury, Delfi, dan Toblerone, yang mana dari sisi harga mahal dan segmentasinya untuk kalangan menengah ke atas. Ketersediaan cokelat batangan di dalam negeri yang mengunakan bahan baku berupa pasta cokelat dan lemak cokelat masih sangat terbatas. Mayoritas cokelat batangan yang terdapat dipasaran menggunakan bahan baku berupa bubuk cokelat dan lemak kelapa sawit sehingga menyebabkan harga jualnya menjadi terjangkau. Oleh karena itu, pesaing untuk industri cokelat batangan Koperasi Ebier Suth Cokran tidak sebanyak dan sekuat cokelat batangan yang menggunakan bahan baku berupa bubuk cokelat dan lemak kelapa sawit. Industri cokelat batangan Koperasi Ebier Suth Cokran belum memiliki pesaing yang benar-benar sejenis, dalam artian belum ada cokelat batangan buatan dalam negeri yang terbuat dari pasta cokelat dan lemak cokelat, sehingga produk ini masih mempunyai peluang pasar sendiri yang belum dimasuki oleh pesaing cokelat batangan lainnya.
Strategi pemasaran yang perlu dilaksanakan oleh Koperasi Ebier Suth Cokran adalah : (i) mengutamakan pemenuhan kebutuhan pasar domestik, (ii) meningkatkan nilai tambah kualitas cokelat batangan dari bahan baku yaitu lemak kakao, sistem produksi, distribusi, dan pengawasan produk itu sendiri, dan (iii) meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi cokelat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Target (targeting) pemasaran cokelat batangan ini lebih ditujukan pada konsumen dalam negeri, yaitu kepada perempuan khususnya masyarakat kalangan menengah di Provinsi Papua dan Papua Barat dengan kelompok usia remaja dan dewasa. Posisi (positioning) pemasaran cokelat batangan Koperasi Ebier Suth Cokran adalah jenis cokelat milk chocolate dimana pada campuran cokelat tersebut ditambahkan dengan susu sapi dan gula pasir. Produk ini memiliki ciri khas cita rasa yaitu rasa cokelat asli dan tidak menimbulkan rasa sakit pada tenggorokan, baik untuk kesehatan karena mengandung antioksidan yaitu fenol dan flavonoid, serta dapat menimbulkan rasa senang. Selain itu, produk ini merupakan produk asli dalam negeri buatan anak negeri dengan bahan baku 100% cokelat asli dalam negeri yang siap bersaing dengan produk cokelat batangan impor dan juga diharapkan dapat menjadi produk cokelat khas Papua Barat sehingga dapat dijadikan cinderamata bagi konsumen yang berwisata di Papua Barat.
Konsep pemasaran yang perlu ditawarkan oleh koperasi Ebeir Suth Cokran adalah konsep produk, dimana dalam pelaksanaanya sangat mengutamakan keunggulan produk. Beberapa keunggulan produk cokelat batangan Koperasi Ebeier Suth Cokran, antara lain: (i) pada proses produksinya menggunakan bahan baku berupa lemak cokelat yang berkualitas sehingga menghasilkan produk cokelat batangan yang memiliki cita rasa yang khas dan nikmat untuk dikonsumsi. (ii) dengan menggunakan bahan baku berupa lemak cokelat, maka cokelat batangan yang dihasilkan apabila dikonsumsi tidak menyebabkan sakit di tenggorokan (aman untuk dikonsumsi). (iii) Cokelat batangan ini juga mudah meleleh di lidah ketika dikonsumsi.
Strategi harga produk coklat batangan Koperasi Ebier Suth Cokran perlu dianalisis secara cermat. Cokelat batangan dengan menggunakan bahan baku lemak cokelat relatif mahal dibandingkan dengan cokelat batangan dengan menggunakan bahan baku dari lemak kelapa sawit. Strategi yang dapat diterapkan untuk mempengaruhi harga adalah berkaitan dengan pengaruh kapasitas produksi cokelat batangan yang bersangkutan. Kapasitas produksi dari cokelat batangan dapat berpengaruh terhadap biaya produksi cokelat batangan tersebut. Oleh karena itu, strategi yang dapat diterapkan adalah harus tepat guna dalam memproduksi cokelat batangan, baik untuk penggunaan mesin dan peralatan maupun penggunaan bahan baku dan bahan tambahan, diusahakan untuk seefisien mungkin guna menghasilkan output yang tinggi sehingga biaya produksi yang dikeluarkan rendah serta harga jual ke konsumen dapat ditekan sehingga dapat bersaing dengan industri cokelat lainnya. Harga akhir produk cokelat batangan dalam satuan per kotak ditentukan oleh harga pokok dan harga jual. Harga pokok adalah jumlah dari biaya tetap rata-rata dan biaya variabel rata-rata dibagi dengan kapasitas penjualan. Harga jual adalah harga pokok ditambah dengan margin 20%.
Strategi tempat pemasaran, pertama: Koperasi dapat membentuk suatu tim penjual produk cokelat batangan yang menawarkan dan menjual secara langsung produk ini kepada konsumen yang menyukai produk olahan cokelat khususnya cokelat batangan. Kedua, perusahaan menggunakan counter khusus cokelat yang berdekatan dengan lokasi produksi dengan maksud meminimalisir biaya transportasi pemasaran dan memperkuat image positioning. Namun, pada tahap penetrasi pasar pada awal produksi dilakukan alternatif pertama, yaitu memasarkan langsung melalui tim penjual yang dibentuk oleh perusahaan. Hal ini dilakukan karena produk cokelat batangan yang dibuat masih dalam jumlah terbatas dan kegiatan pemasaran yang digunakan adalah perusahaan ke konsumen tertentu sehingga dibutuhkan komunikasi langsung antara penjual dengan pembeli.
Strategi promosi yang dapat ditempuh oleh Koperasi, diantaranya: (i) periklanan, yaitu semua bentuk presentasi non personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat pembayaran; (ii) Promosi penjualan, yaitu insentif jangka panjang untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli produk dan jasa: (iii) Promosi penjualan terdiri dari cara promosi pelanggan (sampel, kupon, penawaran pengembalian uang, potongan harga premi, hadiah, hadiah langganan, percobaan gratis, garansi, promosi gabungan, promosi silang, tampilan di tempat pembelian dan demonstrasi), promosi perdagangan (potongan harga, tunjangan iklan, dan pajangan barang gratis), dan promosi bisnis dan wiraniaga (pameran perdagangan, kontes bagi wiraniaga, dan iklan khusus); (iv) pemasaran langsung melalui penggunaan surat, telepon, dan alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi dengan atau mendapatkan respon dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu; (v) Penjualan personal, yaitu interaksi langsung antar satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan pembelian. Hubungan masyarakat dan publisitas melalui berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.
Koperasi Ebier Suth Cokran telah memulai produksi cokelat batangan sejak Juli 2020 dengan nama produk “ Cokelat Mansel” melalui bantuan beberapa peralatan pokok dari Bank Indonesia Cabang Papua Barat dengan kapasitas produksi 3 kg biji kakao kering/hari dan memproduksi 44 batang cokelat ukuran 75 gram dengan harga jual Rp 25.000/batang. Penerimaan dari penjualan cokelat batangan per bulan adalah sebesar Rp 13.200.000,00. Total biaya yang dikeluarkan untuk biaya bahan baku langsung, biaya bahan pelengkap, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik adalah sebesar Rp 12.050.833,37. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp1.149.166,63. Harga Pokok Produksi (HPP) cokelat batangan Koperasi dengan menggunakan metode full costing adalah Rp 12.050.833,37 : 528 = Rp 22.823,55 per bungkus. Tingginya HPP ini disebabkan karena skala usaha masih kecil. Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan, maka HPP per satuan akan semakin kecil, sehingga Koperasi dapat lebih leluasa menentukan margin keuntungan. Harga jual cokelat batangan yang ditetapkan oleh Koperasi saat ini adalah sebesar Rp 25.000,00. Dengan demikian, besarnya margin yang ditetapkan Koperasi hanya sebesar 10%. Idealnya, minimal penetapan harga jual adalah HPP + margin 20% (Rp 27.388,26 ~ Rp 28.000,00/bungkus). Koperasi Ebier Suth Cokran perlu melakukan pengembangan produksi cokelat batangan, yakni dengan menggantikan peralatan produksi yang sudah digunakan sejak bulan Juli 2020. Alasan penggantian peralatan produksi ini adalah rendahnya volume produksi yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi, tidak sebanding dengan lamanya waktu produksi. Peralatan produksi Cokelat batangan kapasitas 3 kg biji kakao kering/hari yang telah digunakan oleh Koperasi terdiri atas mesin sangrai, mesin pasta, pengempa, dan ball mill dengan umur ekonomis 2 tahun. Sehingga jika pengembangan usaha cokelat batangan dimulai pada tahun ke-0 (2021), sedangkan produksi pertama dimulai pada tahun ke-1 (2022), maka nilai buku dari peralatan lama adalah sebesar Rp 0,00. Jika nilai mesin lama diasumsikan masih bernilai 10% dari nilai awal, maka pada saat mesin baru dioperasikan, nilai jual mesin lama adalah sebesar Rp 9.000.000,00.
Dengan mempertimbangkan aspek teknis ketersediaan bahan baku dan aspek ekonomis usaha produksi cokelat bantangan oleh Koperasi Ebier Suth Cokran, maka kapasitas produksi coklat batangan oleh Koperasi Ebier Suth Cokran dapat ditingkatkan menjadi 80 sampai dengan 100 kg biji kakao kering/hari dengan memanfaatkan input bahan baku biji kakao kering fermentasi Grade B yang diproduksi oleh Koperasi Ebier Suth Cokran sebanyak 2 ton/bulan. Peralatan baru yang dibutuhkan untuk pengembangan (investasi awal) ini terdiri atas: Grader Cocoa nut, Cocoa Roaster, Desheller, Cocoa butter pressing, Cocoa Grinding, Cocoa Powder Machine, Cocoa Powder Sifting, Packing roll automatic, Lemari Pendingin, Air Conditioner (AC), cetakan coklat, timbangn digital, tabung pemadam kebakaran, dan alat kantor dengan nilai investasi sebesar Rp. 780.650.000 (Tujuh ratus delapan puluh juta enam ratus lima puluh ribu rupiah). delapan puluh juta enam ratus lima puluh ribu rupiah). Biaya yang dibutuhkan untuk operasional (Operational Chas flow) terdiri atas biaya tenaga kerja, biaya bahan baku biji kakao, biaya bahan baku tambahan, biaya bahan pelengkap, biaya kemasan, biaya overhead pabrik, dan biaya penyusutan. Total biaya operasional adalah sebesar Rp. 341.865.000 perbulan (untuk tahun pertama produksi, asumsi tahun 2022). Komponen biaya terbesar adalah tenaga kerja sebesar Rp. 204.000.000 (60%). Biaya tenaga kerja mencakup untuk operasional kebun untuk produksi biji kakao kering dan pabrik pengolahan coklat batangan yang saat ini berjulmlah 88 orang tenaga kerja. Komponen biaya terkecil adalah biaya overhead pabrik sebesar Rp. 5.000.000 perbulan. Kebutuhan tenaga kerja untuk menjalankan industri cokelat batangan adalah pada tahap awal 5 orang dan dapat mencapai maksimal 22 orang dengan kualifikasi sesuai dengan spesifikasi kerja yang menjadi tanggung jawab masing-masing pekerja.
Pendapatan yang diperoleh pada tahun pertama produksi, asumsi tahun 2022 adalah sebesar Rp. 1.501.866.666,67. Penerimaan Koperasi Ebier Suth Cokran pada tahun 2022 adalah sebesar Rp. 1.160.001.666,67. Pengembangan usaha produksi coklat batangan oleh Koperasi Ebier Suth Cokran dengan kapasitas 80-100 kg biji kakao kering/hari dinilai LAYAK, yaitu diperlihatkan dengan nilai NPV 33,77 (layak), B/C Ratio 30,10 (efisien), ARR 105,5% (layak) dengan BEP tercapai pada tahun 1. Pengembalian investasi awal berupa peralatan produksi dapat dilakukan pada tahun pertama dan bulan pertama produksi coklat batangan oleh Koperasi Ebier Suth Cokran. Cepatnya pengembalian modal dimungkinkan karena pada analisa ini hanya mengembangkan usaha dengan mengganti mesin/alat produksi, sementara bangunan pabrik tidak diperhitungkan. Analisa sensitivitas tidak dilakukan untuk usaha cokelat batangan karena ARR di atas 100 %. Sementara analisis sensitivitas produksi biji kakao kering oleh oleh Koperasi Ebier Suth Cokran turun hingga 30%, industri pengolahan cokelat batangan masih layak dijalankan. Hal ini diperlihatkan dengan nilai NPV 1,03 (layak), B/C Ratio 0,90 (layak), PB Periode 9 tahun 2 bulan (layak), dan ARR 0,08 (layak). Dan jika biaya produksi cokelat batangan naik hingga 30% pun usaha produksi cokelat batangan oleh Koperasi Ebier Suth Cokran masih layak dilakukan, yakni dengan nilai NPV 1,12 (layak), B/C Ratio 1,28, PB Periode 9 tahun 2 bulan (layak), ARR 11,84 (layak) dan BEP pada tahun ke 9 (layak).